Heri Chandra Santosa, Pahlawan Sastra Dari Boja


tingkat literasi indonesia 2023



"Sastra adalah sebuah kemewahan, fiksi adalah sebuah kebutuhan."

- Gilbert K. Chesterton -

Heri Chandra Santosa, Pahlawan Sastra Dari Boja - Bagi penulis, sastra bukanlah hal asing. Namun tidak untuk kebanyakan orang yang menganggap sempit makna sastra. Orang umum mungkin akan menilai sastra sebagai sebuah karya atau tulisan yang identik dengan kesedihan, kesepian ataupun sesuatu yang bermakna dalam.

Akan tetapi, secara harfiah, sastra adalah ungkapan ekspresi manusia yang tidak hanya berupa karya tulisan melainkan juga berbentuk karya lisan yang meliputi pemikiran, pendapat, pengalaman, serta  perasaan dalam bentuk yang imajinatif, dan sebagiannya merupakan cerminan dari kenyataan.

Di Indonesia, tingkat literasi sastra masih sangat rendah. Padahal, sastra bukan hanya milik masyarakat kota yang sudah modern. Tapi juga boleh untuk semua kalangan termasuk masayarakat daerah yang jauh dari metropolitan.

UPAYA MENGHIDUPKAN SASTRA DI INDONESIA

Indonesia memiliki banyak keistimewaan yang dapat ditampilkan, namun ketika berbicara soal sastra, literasinya masih sangat kurang dan bisa dikategorikan dalam kondisi darurat.

Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa bahkan mengungkapkan kondisi sastra sekaligus bahasa Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Hal ini turut dibuktikan dengan posisi Indonesia yang berada peringkat 62 dari 70.

Oleh sebab itu, dibutuhkan peran berbagai kalangan guna menghidupkan sastra di Indonesia, terutamanya pemerintahan ini sendiri.

cara menghidupkan sastra di indonesia

⇨ Kolaborasi pemerintah dan komunitas

Akhir-akhir ini marak kecerdasan buatan atau AI yang diklaim dapat melakukan segala hal dengan mudah. Lapangan pekerjaan pun diprediksi akan segera sirna sebab hampir semua kebutuhan manusia dapat diatasi dengan AI.

Tetapi tidak banyak yang sadar bahwasannya hasil dari kecerdasan buatan tidaklah seindah karya seorang sastrawan. Teknologi memag mampu menyajikan lukisan yang indah, nyaris seperti  aslinya. Kemajuan dunia digital juga dapat menyuguhkan berbagai karya seni yang bernilai fantastis. Akan tetapi, teknologi tidak akan mampu menampilkan perasaan serta pemikiran imajinatif yang merupakan esensi dari sastra itu sendiri.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristerk) kemudian mengajak para penggiat sastra untuk gotong royong menghidupakn sekaligus memajukan sastra.

Kemendikbudristek meyakini apabila ingin sastra kembali "bernafas" maka dibutuhkan sinergi dari berbagai pihak, salah satunya dari komunitas yang dianggap mampu mempengaruhi masyarakat untuk mencintai sastra.

Melalui podcast berjudul Sandiwara Sastra, geliat terhadap literasi sastra diharapkan meningkat. Apalgi siniar ini melibatkan para seniman tersohor negeri, sebut saja Vino G Bastioan, Pevita Pearce, Tara Basro, Chicco Jericho hingga artis senior Lulu Tobing dan masih banyak lagi.

Sandiwara Sastra mengudara pada dua jalur berbeda. Pada jalur digital dan saluran radio RRI (Radio Republik Indonesia). Sehingga tidak hanya bisa dinikmati oleh masyarakat metropolitan, karya sasta Indonesia ini pun dapat menjadi wahana sastra bagi masyarakat di daerah yang belum tersentuh internet.

⇨ Pembiayaan dan Pemeliharaan Karya Sastra

Kolaborasi antara pemerintah dan komunitas sastra rupanya membuat Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri mengutarakan pendapatnya. Menurut beliau, meski manusia perlahan menua, namun karya nya tetap harus mengudara dan tidak boleh loyo.

Sutardji juga mengatakan bahwa tugas pemerintah tidak hanya sebagai pendorong kebangkitan literasi sastra di Indonesia, melainkan juga harus dapat memfasilitasi serta merawat karya para seniman.

Caranya, bisa dengan dilakukan pendanaan kepada individu atau komunitas untuk kelancaran proyek-proyek sastra, seperti musikalisasi puisi, revitalisasi bahasa daerah, penulisan bahan bacaan, serta kegiatan lainnya yang berhubungan dengan karya sastra.

Dengan demikian, harus ada bukti nyata dari sebuah kegiatan berupa acara tahunan yang rutin digelar oleh pemerintah maupun komunitas. Sehingga pertumbuhan literasi sastra bukan hanya data yang dapat dibaca, melainkan dapat dibuktikan dengan adanya proyek-proyek bermanfaat yang bernilai estetika layaknya yang disebutkan di atas.

Atau, dapat berupa aktivitas sederhana yang kemudian dapat membangkitkan geliat sastra, seperti yang dilakukan oleh Herri Chandra Santosa bersama komunitas nya, Lereng Medini yangberhasil menghidupkan sastra di desa Boja sehingga masyarakatnya kini gemar membaca.

PAHLAWAN SASTRA DARI DESA BOJA

tingkat literasi adalah

Herri Chandra Santosa merupakan jurnalis dan alumni Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang. Bersama Komunitas Lereng Medini (KLM) serta seorang teman bernama Sigit, Herri bertekad untuk menghidupkan kembali sastra yang nyaris mati. Tepatnya, di sebuah desa di lereng gunung Medini, Kecamatan Boja, Kendal, Jawa Tengah.

Di desa ini, Herri mendapati garis nyata antara kehidupan kota dan desa. Di mana akses informasi yang sangat kurang karena minimnya keberadaan teknologi yang berujung pada seretnya komunikasi.

Masyarakat desa yang cenderung bersahaja hanya mampu mengandalkan alat dan fasilitas yang tersedia. Sehingga apabila tidak ada penggerak untuk memantik api dalam kegelapan, maka dapat dipastikan kehidupan dan peradabannya pun tidak akan berkembang.

Sehingga Herri dan Sigit, yang kebetulan adalah seorang penggiat kesustraan asal desa tersebut kemudian bahu-membahu membangun Komunitas Lereng Medini. Melalui komunitas ini, Herri dibantu Sigit berupaya membangun rasa dan pemikiran masyarakat yang mulanya awam terhadap sastra menjadi tertarik dan ingin mempelajarinya.

Karena sedari awal desa Boja tidak memiliki akases infomrasi dan komunikasi yang cukup, maka Herri mengakali nya dengan mentransfer semua koleksi buku yang ia punya ke Boja.

Dimulai dengan memperkenalkan banyak jenis bacaan, kemudian Herri bersinergi dengan KLM dan Sigit membuat kelompok baca agar perlahan masyarakat terbiasa membaca.

Kelompok baca yang didirikan oleh Herri diberi nama "Pondok Maos". Pondok dan Maos berasal dari bahasa jawa. Di mana Pondok, berarti rumah atau gubuk, sedang Maos artinya membaca.

Short story, Pondok Maos lahir pada tahun 2006 dengan memanfaatkan rumah Sigit. Kini, Pondok Maos telah membersamai masyarakat Boja dalam belajar dan menggabungkan esensi sastra di berbagai aspek kehidupan.

Conclusion

definisi sastra adalah

Melihat usaha para penggiat seni, sastrawan, komunitas-komunitas sastra, membuat aku semakin aware bahwa literasi sastra amatlah sangat penting untuk ditumbuh-kembangkan dalam kehidupan masyarakat.

Mengingat kembali definisi sastra secara harfiah, dapat dipastikan kecanggihan teknologi sehebat kecerdasan buatan sekalipun tidak akan pernah mempu mewakili rasa dan pemikiran manusia yang menjadi esensi sastra. Sebab hanya dengan sastra, seseorang dapat menyadari dunia di luar lingkup yang dapat dijelajahi oleh akal pikiran. Bagi penulis pun, sastra sangat akrab dengan intuisi dalam menciptakan diksi-diksi yang indah.

Maka dari itu, aku sangat setuju dan mendukung setiap kegiatan dan komunitas yang bersemangat untuk menghidupkan kembali sastra agar tidak mati.

#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia

Referensi:

  • https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/berita-detail/3917/kondisi-literasi-indonesia-yang-sedang-tidak-baik-baik-saja
  • https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/06/24/piala
  • https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditpmmb/2021/02/menghidupkan-dan-mengenal-karya-sastra-terbaik-indonesia-melalui-sandiwara-sastra/
  • https://jabarekspres.com/berita/2023/07/10/kolaborasi-pemerintah-dan-komunitas-dan-menghidupkan-sastra/
  • https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/menghidupkan-sastra-dari-desa-boja/

No comments:

Halo, terima kasih sudah berkunjung. Mohon tidak menyertakan link hidup, kegiatan promosi maupun spam. Hit me up on : heizyi.business@gmail.com for partnership, ask something important and urgent 😊 Then, Salam kenal semua, jangan segan meninggalkan jejak komentar ya. Enjoy your reading, guys 💙

Powered by Blogger.